Posted by dekranasdaSultra
Categories:
Label:
Kerajinan
,
Seni
,
Tenun
Boleh dikata, setiap daerah memiliki industry tenun, meski dalam skala yang berbeda-beda dengan hasil yang berbeda pula. Demikian halnya industry tenun yang dimiliki Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Meski coraknya memiliki kemiripan dengan daerah lain (khususnya pulau Sulawesi), namun kualitasnya sangat bisa diandalkan. Itu terlihat dari kesungguhan perajinnya yang sangat ketat memilih benang dan proses pembuatannya. Terutama yang berbahan benang sutra.
“kami sangat menjaga kualitas benangnya, apalagi yang dari sutra. Ini demi hasil yang maksimal,” ungkap Mohammad Zaynor, salah satu pengusaha kain tenun yang memiliki 30 alat tenun dan perajin dengan jumlah yang sama.
Zaynor mampu satu lembar kain permesin dalam satu hari. Itupun masih dianggapnya belum cukup untuk memenuhi pesanan yang datang dari luar kabupaten.
“masih banyak permintaan dari luar kabupaten, seperti Kolaka, Konawe Selatan, Kolaka termasuk Konawe Utara. Tapi mau bagaimana, mesin kurang,” jelasnya.
Seni Menenun
Seni menenun telah dikenal di Sulawesi Tenggara sejakl ratusan tahun silam. Hasil tenunan ini sangat dikagumi, karena dikerjakan dengan penuh keterampilan, ketekunan dan kesabaran.
Pada umumnya pekerjaan menenun dikerjakan oleh wanita untuk memenuhi kebutuhan sandang keluarga atau untuk keperluan upacara adat, perkawinan dan pakaian sehari-hari. Seni menenun ini diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Dari generasi ke generasi.
Kain tenun Sulawesi Tenggara umumnya dibuat dari benang sintetis yang dipadu dengan benang emas dan perak, seperti yang beraal dari Buton dan Muna. Namun masih ada yang lebih tegas yaitu kain katun berwarna putih dengan aksen pola-pola biru tua atau hitam, yang dicelup dengan pewarna alami dari kepulauan Wakatobi.
Boleh dikata, setiap daerah memiliki industry tenun, meski dalam skala yang berbeda-beda dengan hasil yang berbeda pula. Demikian halnya industry tenun yang dimiliki Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Meski coraknya memiliki kemiripan dengan daerah lain (khususnya pulau Sulawesi), namun kualitasnya sangat bisa diandalkan. Itu terlihat dari kesungguhan perajinnya yang sangat ketat memilih benang dan proses pembuatannya. Terutama yang berbahan benang sutra.
“kami sangat menjaga kualitas benangnya, apalagi yang dari sutra. Ini demi hasil yang maksimal,” ungkap Mohammad Zaynor, salah satu pengusaha kain tenun yang memiliki 30 alat tenun dan perajin dengan jumlah yang sama.
Zaynor mampu satu lembar kain permesin dalam satu hari. Itupun masih dianggapnya belum cukup untuk memenuhi pesanan yang datang dari luar kabupaten.
“masih banyak permintaan dari luar kabupaten, seperti Kolaka, Konawe Selatan, Kolaka termasuk Konawe Utara. Tapi mau bagaimana, mesin kurang,” jelasnya.
Seni Menenun
Seni menenun telah dikenal di Sulawesi Tenggara sejakl ratusan tahun silam. Hasil tenunan ini sangat dikagumi, karena dikerjakan dengan penuh keterampilan, ketekunan dan kesabaran.
Pada umumnya pekerjaan menenun dikerjakan oleh wanita untuk memenuhi kebutuhan sandang keluarga atau untuk keperluan upacara adat, perkawinan dan pakaian sehari-hari. Seni menenun ini diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Dari generasi ke generasi.
Kain tenun Sulawesi Tenggara umumnya dibuat dari benang sintetis yang dipadu dengan benang emas dan perak, seperti yang beraal dari Buton dan Muna. Namun masih ada yang lebih tegas yaitu kain katun berwarna putih dengan aksen pola-pola biru tua atau hitam, yang dicelup dengan pewarna alami dari kepulauan Wakatobi.
Posted by dekranasdaSultra
Categories:
Label:
Prospek
,
Tenun
Tekad Ketua Dekranasda Sultra, Dra. Hj. Tina Nur Alam menjadikan tenunan Sultra menjadi asset nasional terus diperjuangkan. Ia kemudian menjalin kerjasama dengan designer nasional ternama, Denny Wirawan dan Defrico Audi. Kedu designer itu kemudian mulai merancang dan meracik tenunan khas beberapa daerah di Sultra seperti tenun khas suku Tolaki, Muna, Buton, Mekongga dan Moronene dalam nuansa etnik yang sangat memikat.
Hasil kreatifitas Denny dan Defrico kemudian terlihat dalam peragaan busana berskala nasional. Hasilnya menakjubkan. Pemerintah dan masyarakat Sulawesi Tenggara menyambut dengan antusias.
Pemerintah provinsi berjanji akan mengembangkannya sekaligus berharap industry kerajinan akan menjadi sumber pendapatan ekonomi keluarga yang baru dan menjanjikan bagi masyarakat.
Menurut Ketua Dekranasda Sultra, Tina Nur Alam, salah satu cara memotivasi para pengrajin di daerah adalah dengan membimbing dan mengembangkan kapasitas para pengrajin agar kualitas tenunan mereka sesuai dengan kebutuhan pasar.
Tenun Sultra Layak Jual
Pengembangan industru tenun rakyat yang diupayakan Dekranasda Sultra telah member nuansa baru bagi para pengrajin maupun pengusaha di sector ini. Selain telah dikenal di pentas nasional maupun internasional, kain tenun khas Sultra juga dinilai layak jual karena memiliki kualitas dan mutu yang tinggi.
“pada setiap ajang pameran, tenunan Sultra selalu mendapat apresiasi positif dari para perancang busana. Ini membuktikan bahwa sultra memiliki potensi yang luar biasa pada sector industry kain tenun”, ungkap Samsidar, Wakil Ketua Cita Tenun Indonesia (CTI).
Diakui Samsidar, CTI memiliki kepedulian yang sangat tinggi pada pengembangan tenunan khas hasil karya pengrajin tanah air, termasuk daerah Sulawesi Tenggara.
“saat ini kami telah melakukan pembinaan di tujuh daerah, termasuk Sultra. Dan kemitraan juga telah terbangun dengan sejumlah designer ternama seperti Denny Wirawan”, ungkapnya.
Hasil kreatifitas Denny dan Defrico kemudian terlihat dalam peragaan busana berskala nasional. Hasilnya menakjubkan. Pemerintah dan masyarakat Sulawesi Tenggara menyambut dengan antusias.
Pemerintah provinsi berjanji akan mengembangkannya sekaligus berharap industry kerajinan akan menjadi sumber pendapatan ekonomi keluarga yang baru dan menjanjikan bagi masyarakat.
Menurut Ketua Dekranasda Sultra, Tina Nur Alam, salah satu cara memotivasi para pengrajin di daerah adalah dengan membimbing dan mengembangkan kapasitas para pengrajin agar kualitas tenunan mereka sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Semoga dengan cara ini mereka semakin termotivasi untuk selalu berinovasi dan menghasilkan produk-produk yang berkualitas”, katanya.
Tenun Sultra Layak Jual
Pengembangan industru tenun rakyat yang diupayakan Dekranasda Sultra telah member nuansa baru bagi para pengrajin maupun pengusaha di sector ini. Selain telah dikenal di pentas nasional maupun internasional, kain tenun khas Sultra juga dinilai layak jual karena memiliki kualitas dan mutu yang tinggi.
“pada setiap ajang pameran, tenunan Sultra selalu mendapat apresiasi positif dari para perancang busana. Ini membuktikan bahwa sultra memiliki potensi yang luar biasa pada sector industry kain tenun”, ungkap Samsidar, Wakil Ketua Cita Tenun Indonesia (CTI).
Diakui Samsidar, CTI memiliki kepedulian yang sangat tinggi pada pengembangan tenunan khas hasil karya pengrajin tanah air, termasuk daerah Sulawesi Tenggara.
“saat ini kami telah melakukan pembinaan di tujuh daerah, termasuk Sultra. Dan kemitraan juga telah terbangun dengan sejumlah designer ternama seperti Denny Wirawan”, ungkapnya.